Kisah Malala Yousafzai Peraih Nobel Termuda Asal Pakistan - Cafesusu.blogspot.com . Peluru dan ancaman keselamatan tak menyurutkannya Dua tahun lalu, tepatnya pada 9 Oktober 2012, Malala Yousafzai yang saat itu berusia 15 tahun meregang nyawa, karena mengalami luka tembak yang cukup serius di kepalanya.
Hari itu, seorang laki-laki bersenjata dengan mengenakan topeng memasuki bus sekolah yang ditumpangi Malala, di Pakistan barat laut. Tanpa babibu laki-laki itu langsung melepaskan serangkaian tembakan ke arah Malala. Upaya pembunuhan ini diperintahkan oleh kelompok Taliban, karena Malala berani menyuarakan hak anak-anak
perempuan untuk pergi ke sekolah.
Malala sempat koma beberapa minggu, tetapi ia selamat. Dan kejadian itu tak mengundurkan niat Malala untuk memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan. Setelah insiden ini, Malala tak hanya memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Pakistan, tetapi seluruh perempuan di dunia. Ia antara lain mendirikan Malala Fund, yang banyak mendampingi kegiatan advokasi bagi hak-hak perempuan.
Ia juga menguatkan perempuan di seluruh dunia melalui kampanye di media sosial lewat tagar #Strongerthan.
Sembilan bulan setelah tragedi itu, Malala bersuara lantang, di panggung dunia. “Mereka berpikir peluru itu akan membuat kita takut. Tetapi mereka gagal. Dan dari kebisuan itu akan muncul ribuan suara. Kelemahan, ketakutan dan ketidak-berdayaan justru mati. Sebaliknya kekuatan dan keberanian dilahirkan,” ujarnya saat itu.
Dan tepat dua tahun setelah tragedi yang hampir merengut nyawanya, Malala yang kini berumur 17 tahun dianguerahi Nobel Perdamaian bersama Kailash Satyarthi, seorang aktivis hak-hak anak dari India.
Malala, yang kini menjadi siswa kelas sepuluh di sebuah sekolah di Birmingham, Inggris ini adalah peraih Nobel termuda sepanjang sejarah. Di usianya yang masih belia, Malala telah menjadi advokat bagi pendidikan global. Meski belum sepenuhnya bebas dari ancaman kelompok Taliban yang mengharamkan pendidikan bagi
perempuan, ia terus menyuarakan perjuangannya ke seluruh dunia.
Sebagai ketua lembaga nirlaba Malala Fund, dia berkeliling dunia. Awal tahun ini ia mengunjungi ke Yordania untuk bertemu dengan para pengungsi Suriah di sana. Dan di hari ulang tahunnya yang ke-17, Malala memilih berkunjung ke Nigeria, untuk memperjuangkan pembebasan ratusan siswi madasrah yang diculik diculik kelompok Boko Haram di Chibok.
Ia juga melobi pemimpin dunia untuk menghibahkan dana mereka untuk membantu pendidikan dan pemberdayaan jutaan gadis yang ditolak dari bangku sekolah. Menurutnya, pendidikan bagi perempuan adalah cara terbaik untuk memerangi kemiskinan, pengabaian dan terorisme. Tahun ini merupakan untuk kedua kalinya, Malala dinominasikan untuk sebagai peraih Nobel Perdamaian.
Nominasi tahun lalu dan akhirnya ditetapkannya Malala sebagai pemenang bersama, oleh banyak kalangan dinilai layak untuk perempuan kelahiran 12 Juli 1997 ini. Ia tak hanya aktif memperjuangkan pendidikan bagi kaumnya di Pakistan tetapi juga untuk perempuan di seluruh dunia.
September 2013, misalnya Malala menemui Presiden AS Barack Obama, meminta penghentian serangan pesawat tak berawak di Pakistan.
Ia juga aktif memperjuangkan nasib pengungsi Suriah, khususnya untuk mencegah generasi yang hilang. Malala menyerukan kepada masyarakat dunia untuk Meningkatkan pendanaan dan bantuan bagi mereka.
Pada bulan Juni lalu, Malala Fund mendukung Kemitraan Global untuk Pendidikan, dan berhasil mengumpulkan komitmen senilai lebih dari 28 miliar dolar, untuk fokus pada pendidikan anak perempuan.
Baca juga
Korban Kekerasan Seksual ISIS Dapat Bantuan Rp108 Miliar dan
Mahasiswi Mercu Buana yang diraba dosen Cabul masih shock Anda sedang membaca
Kisah Malala Yousafzai Peraih Nobel Termuda Asal Pakistan.